MAKALAH DASAR REPRODUKSI
TERNAK
“KEBUNTINGAN”
ERNI
ANDRIANI
I
311 07 013
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
KEBUNTINGAN
Setelah proses
fertilisasi terjadi, terdapat rongga yang ditinggalkan oleh sel telur pada
ovarium,rongga tersebut kemudian berkembang menjadi suatu kelenjar endokrin
yang disebut corpus luteum yang menghasilkan
hormone yang bernama progesterone. Progesterone ini bertanggung jawab untuk
mmpertahan kebuntingan. Sel telur yang telah dibuahi terapung-apung bebas
sebelum melekat/menempel pada kira-kira umur 35 hari.
Ovum atau sel telur
yang telah berkembang lalu mulai membentuk placenta (membran) yang menyelimuti
fetus yang sedang bertumbuh dan melindunginya dalam suatu cairan yang disebut cairan amnion. Placenta itu menempel
pada karantula uterus melalui kotiledon pada palcenta. Ini memungkinkan
terjadinya pertukaran nutrient (hara) antara induk dan fetus yang sedang
bertumbuh. Fungsi promer dari sistem ini adalah sebagai saran pelintasan bagi
nutrient dan oksigen menuju ke fetus serat perlintasan bagi produk buangan yang
harus dikeluarkan. Masa kebuntingan umumnya berlangsung selama 283 hari, yaitu
mulai dari saat fertilisasi sampai pada saat kelahiran.
Sewaktu kebuntingan melanjut, uterus mengalami
perbesaran gradual yang memungkinkan ekspanso foretus, hormon juga sangat berperan yaitu progestron
dan estrogren ovarial dan gonatropin prolaktin yang disekresikan oleh
adenohypopisa.
·
Faktor-
faktor yang mempengaruhi kebuntingan adalah :
Faktor maternal, umur induk sangat menpengaruhi
kebuntingan. Faktor foetal, foetus banyak pada jenis monotocus yang memiliki
kebuntingan sigkat. Faktot genetik, genotip
berperan dala, kebuntigan. Lingkungan fisik, lingkungan, suhu,
musimberpenagruh pada kebuntingan.
Pada tahap
kebuntingan dimulai dari perkembangan
fetus, perubahan ukuran tubuh sel telur yang tlah dinbuahi dalam
perkembangan nya menjadi be,mbri, fetus dan anak sampai dewaasa adalah adalam
jumlah ukuran sel. Setia individu fetus dimulai dengan sel tunggal pada
waktu pembuahan dan membelah sebanyak 42
kali sampai lahir dan 5 kali lagi lahir setelah dewasa. Pernapasan fetus, plasenta mrerupakan organ yang melaksanakan
pertukaran gas dan pengekluaran hasil pembangan. Sistem endokrin fetus, menjelang sperempat masa kebuntingan pada
ternak kelenjar endokrin fetus menghasilkan hormon yang sama pada ternak dewas.
Persiapan
melahirkan, tahap ini pemisahan plasenta akan
seketika memutus suplai oksigen dan glukosa bagi anak. Agar anak lahir dapat
hidup harus ada pendewasaan pari-paru. Ini melibatkan surfaktan paru-paru dalam kosentrasi yang cukup supaya
paru-pariu dapat dipertahankan dalam keadaan menngembung. Mekanisme semua itu
pada bagian korteks foetus. Memulai
kelahiran , foetus akan mengontol dari kelahiran, dimana pada saat
ituhiotalamus akan menghasilakan FG2
menyebbakan koasentrasi miometrium, yan merangsang pelepasan
oksitosin . urutamn proses kelahiran
berakhir dengan luteolisis (penghancuran
CL).
Palpasi Rektal
Ada beberapa tanda tertentu
yang dapat membantu para palpator guna membantu evaluasi yang benar akan ada
tidaknya kebuntingan atau tahapan dari suatu kebuntingan tertentu. Persis
didepan peviks akan dapat dipegang cerviks.
Prinsip palpasi
rectal adalah memasukkan tangan dan lengan kedalam rectum seekor sapi betina
dan dari dinding rectum itu merasakan adanya tanda-tanda adanya kebuntingan.
Deteksi rectal ini dapat dikerjakan pada umur kebuntingan 60 hari bagi
kebanyakan peternak, sedangkan para ahli yang berpengalaman dapat melakukannya
pada tahapan yang lebih awal.
Dari serviks terus
ke tanduk uterus yang mengembang. Ini biasanya terletak pada bagian kanan,
apakah tanduk uterus itu berisi embrio itu yang kana atau yang kiri. Hal ini
disebabkan oleh karna rumen sapi menempati sebagian terbesar daerah sebelah kiri. Seperti telah dikemukakan fetus
yang sedang berkembang itu terapung-apung di dalam cairan amnion; oleh karena
itu waktu meraba jangan mengharapkan langsung dapat merasakan adanya bentuk
seekor anak sapi, tetapi hanyalah sesuatu yang terapung di dalam suatu membrane
pelindung. Dengan banyak latihan seseorang dapat merasakan hal itu pada umur
kebuntingan 60 hari, dan denga semakin
bertambahnya umur kebuntingan dan berkembangannya fetus, pekerjaan palpasi itu
semakin mudah.
Kelahiran
Berkembangya ambing
merupakan salah satu tanda menjelang kelahiran yang terjadi 6 minggu sebelum
kelahiran. Seminggu sebelumnya tanda yang ditunjukkan adalah adanya
pembengkakan vulva dan warnanya yang menjadi merah, serta relaksasi pelvis.
Tanda-tanda yang semakin mendekat saat menjelang kelahiran adalah membesarnya
puting dan keluarnya cairan mokus dari vulva. Sapi betina pada tahapan ini
dapat menunjukkna tetesan air susu dari putting. Hormon yang bernama relaksing
menyebabkan timbulnya relaksasi pelvis dan hormone-hormon estrogen menyebabkan
terbukanya saluran reproduksi sehingga fetus dapat lewat.
Estrogen juga
menyebabkan timbulnya tenaga untuk kontraksi uterus yang membantu proses
kelahiran. Dalam pada itu, hormone oksitosin yang berasal dari pituitary
posterior dan plasenta bekerja secara sinergis dengan estrogen di dalam
kotraksi tersebut. Sapi yang mengalami labor pain pada tahapan awal, akan
memperlihatkan keadaan gelisah dan menjauhi kelompoknya. Dalam keadaan normal,
kelahiran itu tidak memerlikan bantuanan sapi hendaknya dibiarkan sendiri, kecuali
waktunya tertunda lama dan kondisinya semakin melemah.
·
Ada
beberapa metode penanganan kelahiran:
1.
Mekanisme inisiasi kelahiran
a.
Mekanisme simulasi mekanik
Pengembangan uterus karena foetus yang makinbesar
menyebabkan peninggian sensitifitas otot-otot uterus terhadap edstrogen dan
oxitosin
b.
Mekanisme imunologik
Walau beberapa keompok dari sel foetal dalam mangkok
endometrium pada kuda ditolak oleh jaringan induk, namun induk cukup terisoler
secara imunologik dari foetus.
c.
Mekanisme hormonal
Peningkatan kadar hormon estrogen dan oxitosin atau
penurunan kadar progesteron dalam induk . progesteron akan menurun sebelum
partus
d.
Mekanisme pengontrolan foetal
Poros hipotalanus dan hipopfisa anterior- adrenal
dinyatakan menginduksi kelahiran . Kadar corticosteroid sangat tiinngi pada permulaan proses
kelahiran.
2.
Tingkatan Perejanan
Proses kelahiran normal dibagi atas 4 yaitu :
·
Stadium
pertama
stadium persiapan ditandai dengan kontraksi oleh cervix
dan kontraksi otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Gerakan eskpulasi
ditunjukan ke arah cerviks. Permulaan ini mengstimulasi timbulnya kontraksi,
memaksa cairan dan membran foetus terdesak ke cervix yang mengendor, pada
permulaan kontraksio ini berlangsung kurangf lebih 15 menit dan bertahan 20
detik dan makin lama makin bertambah daalam frekuensi. Pada akhir stadium
persipan cervix mengembang dan memungkinkan uterus dan vagina menjadi satu
saluran. Foetus dan chorioalatois dipaksa masuk ke pintu dalam pelpis yang
menyebabkan cairan allantois mengalir ke vulva.
·
Stadium
ke dua, stadium pengeluara foetus
Annion berkemabang bersama kepala dan bagian kaki depan di dorong masuk ke
pintu dalam pelvis. Keadan ini menimbulkan kontraksi refleks dan volunter dari
diagfragma dan otot perut. Kaki amnion terlihat di fulva. Perjalanan foetus ke
luar mrelalui cervix ke dalam vagina bersama pecahnya kantong amnion
menimbulkan kontraksoi refleks yang mendorong foetus keluar melalui saluran
kelahiran.
·
Stadium
ketiga, stadium pengeluaran placenta
Ekspulasi membran foetus adalah proses aktif dengan
kontraksi uteus, kontraksi perisytaltik yang berasal dari apex uteri yang
inversi chorional dari crypta carunculae dapat menyebabkan pengeluaran banyak
darah dari villi dan carunculae maternal olreh kontraksi uterus yang kuat yanfg terjadi selama pengeluaran
foetus
·
Stadium
ke empat, stadoum inovulasi uterus
sesudah pengeluaran fotus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya
yang normal. Proses ini disebut inovulasi uteri adan secara logikdianngap
proses kelahiran. Untuk beberapa mingiu setelah fartus 3 sampai 4 hari
berikurtnya kontraksi uterus berkurang secara granual
Posisi kelahiran normal adalah kaki depan keluar pertama dengan
kepala terlihat kira-kira setengah jam atau dua kaki belakang atau satu kaki depan dan hidung terlihat.
MENYUSUI
Kelenjar mammae merupakan modifikasi kelenjar susu untuk makanan anak. Mamalia
atau hewan menyusui dikenal karena terdapatnya
kelenjar mammae atau kelenjar susu pada jantan ataupun betina walaupun yang
berfungsi hanya pada hewan betina. Pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu
mengeluarkan kolostrum yang kaya akan bahan-bahan antibody yang
melindungi anak terhadap penyakit
untuk beberapa minggu sesudah lahir.
Sewaktu kelenjar air susu menjadi sangat
mengembang bagian terbesar protein susu terdiri dari casein. Kelenjar mammae
berkembang sangat baik pada sapi perah
sedangkan pada ternak mamalia lainnya jumlah air susu yang disekresikan sangat
mempengaruhi efisiensi produksi daging.
Apabila satu kelenjar mammae dari seekor kambing yang
belum dewasa kelamin ditransplantasikan kesisinya, pertumbuhan mamae selama
kebuntingan akan lebih lambat atau berkurang daripada kontrol. Sesudah partus
volume kelenjar yang hanya 14 sampai 50 persen daripada kontrol. Akan tetapi
percobaan dengan kambing yang sudah dewasa kelamin dengan dinervasi mammae,
sympathectomy dan pemotongan sum-sum tulang belakang, tidak menunjukkan
pengaruh syaraf-syaraf efferen terhadap pertumbuhan mamae
·
Anatomi
kelenjar mamae.
Anatomi makroskopik, bagian
luar mammae dan puting susu. Pada sapi terdiri dari empat kelenjar (
kuartener )yang terletak pada caudal
dari umbilicus dan meluas antara
kedua paha. bagian dalam kelenjar mammae.
di dalam lubang puting bagian dorsal terdapat cisterner puting yang memiliki
kapasitas 30-45 ml. Diantara liopatan cisterne terdapat rosette furstenberg.
Anatomi mikroskopik, terdiri dari jaringan penghubung
yang terbentuk dari jaringan serabut dan lemak dan jaringan sekresi yang
terdiri dari sel-sel epitel mengsekresi
air susu. Terdapat alveoli yang merupakan tempat sintesis air susu.
·
Pertumbuhan
mamame.
Peroide sekretoris, ditandai dengan dua garis sejajar pada permukaan ventral,
disebut caudal umbilicus. Suatu
pertumbuhan mamae ke dalam mesenchin (jaringan ikat embrional) menghsilakan
penonjolan primer yang menentukan jumlah ductus di dalam puting susu. Pada
waktu yang sama puting susu berfolirisasi . kanalisasi dari penonjolan primer terjadi karena perbesaran dan menyebabkan pembentukan lumen. Penonjolan
primer merupakan bakal dari tumbuhnya saluran pucuk, cisterne puting, dan
cisterne kelenjar. Penonjolan memacu penonjolan sekunder ddan vbakal saluran
mamae.
Periode postnatal,
perkembangan mammae dipengaruhi oleh berat
badan yang meliputi perubahan sistem
saluran, deposisi lemak, dan peninngian jaringan ikat. Jaringan kelenjar
mammae mengalami perubahan selama birahi yaitu pada alveoli. Pada saat bunting alveoli meningstan
selama laktasikat. Sesudah partus tetapi jarang sesudahnya. Demikian
pula DNA di dalam kelenjar susu naik untuk 4 hari sesudah partus.
Periode laktasi, pertumbuahan mamae yang terjadi pada kelenjar didenervasi, tetapi
dengan kecepatan yang bderkurang. Gambaran miotik terlihat selama 4 hari
Pengeluaran
Air Susu
·
Mekanisme keluarnya
air susu
Mekanisme keluarnya air susu terdiri dari beberapa
gelembung- gelembung (alveoli) air susu. dinding alveoli terdiri dari selapis
sel epitel yang disebut sel myoepitel. Sel ini membentuk air susu dari zat yang
berasal dari darah, kemudian mengsekresikan ke lumen alveoli. Dari lumen
alveoli kemudian dialirkana masuk ke dalkam siterna melalui ductus alveolus ke
lobus kemudian ke lobulus dan akhirnya ke siterna ambing. Ductus halus kemudian
dari alveoli bertemu dan menjadi ductus yang lebih besar. Sintesa ambing adalah
suatu ruangan yang terdapat di bagian bawah kuartil-kuawartil dan kemudian
masuk ke dalam siterna puting. Lubang puting susu memiliki otot –otot sirkuler
dalam dindingnya. Akibat rangsangan ini syaraf atau karena tekanan air susu
dlam ambing, maka otot mengendur sehinnhga aiir susu keluar.
Pada penurunan air susu sistem dan endokrin keduanya
terlibat. Impuls-impuls syaraf yang berasal dari berbagai rangsangan dibawah
pengaruh syaraf afferen langsung ke hypotalamus . pada gilirannya hypotalamus
melaui syaraf neurohypopisa , menyebabkan pelepasan oxitocin dan vassopresing.
Ke dua hormon ini di angkut dari kelenjar mmae melalui darah dan menyebbakan
kontraksi sel-sel myoepitel. Kontraksi ini meninngikan tekanan inframmammae,
mendorong air susu dari lumina alveoli dan saluran-saluran terminal dan
mempersiapkan air susu tersebut untuk anak.
Dari sel. Butir-butir lemak yang dihasilkan oleh ergastoplasma ( substansi
yang dilepaskan di dalam matriks cytoplasma dalam bentuk fibril) berakumulasi
didaerah apkes sel dan menghasilkan sel yang diselubungi oleh dua lapis
mebran cytoplasma. Butiran lemak
dikeluarkan dari sel oleh proses konstraksi tanpa terbukanya cytoplasma.
Vacuola yang mengandung butir-butir
protein tampak berkumpul di daerah apkes sel dan terbuka dibawah membran
sel. Lemak dan protein bersama zat-zat lainnya, diserap oleh air untuk membentuk susu; butiran lemak tampak sebagai
emulsi didalam larutan koloidal protein
Dari kelenjar.
Untuk menyingkirkan semua air
susu dari kelenjar mammae harus ada
peninggian tekanan intramammae dan pintu puting harus terbuka. Apabila
terjadi peninggian tekanan intramammae secara tiba-tiba, dikatakan bahwa susu
telah dibiarkan turun (milk let-down). Pada saat tersebut kebanyakan air susu
didalam kelenjar tersedia untuk anak. Pintu puting terbuka dengan vakum pada
ujung puting oleh penyusuan.
Pada penurunan air susu sistem nervous dan
endokrin keduanya terlibat. Impuls-impuls saraf yang berasal dari berbagai rangsangan dibawa oleh saluran
syaraf aferent langsung ke hypothalamus.
Pada gilirannya hypothalamus, melalui
serabut-serabut syaraf ke neurohypohysa, menyebabkan pelepasan oxytocin dan
vassopressin. Kedua hormon ini diangkut ke kelenjar mammae melalui darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel myoepithel. Kontraksi-kontraksi ini meninggalkan tekanan
intramammae, mendorong air susu dari lumina alveoli dan saluran-saluran
terminal dan mempersiapkan air susu tersebut untuk anak.
Kebutuhan Hormonal
Laktasi hanya timbul pada mamalia, termasuk sapi dara, dengan
penyuntikan ekstrak hypophysa atau dengan preparat LTH. Hewan yang
diadrenalectomi selama kebuntingan dapat menghasilkan anak yang normal, tetapi
jarang dapat berlaktasi secara cukup
untuk membesarkan anak-anak tersebut. Kegagalan berlaktasi secara cukup tidak
disebabkan oleh efisiensi LTH karena adrenalectomi tidak menghambat peninggian kadar LTH hypophysa sesudah
partus.
Penyuntikan atau implantasi pellet estrogen,
estrogen dan testosteron propionat,
atau estrogen dan progesteron dapat
menggertak pertumbuhan jaringan
sekretoris mammae dan initiasi laktasi. Laktasi dapat ditimbulkan pada
sapi dara bunting dengan pemberian 9-fluoroprednisolon. Jumlah air susu yang
disekresikan bervariasi dari sedikit sampai mencapai jumlah yang sama seperti
pada sekresi normal sesudah partus
Pada anak sapi dan domba
estrogen sendiri merangsang pertumbuhan lobuli-alveoler tetapi untuk mencapai
pertumbuhan yang sama dengan yang terjadi sewaktu kebuntingan estrogen dan
progesteron harus disuntikan serentak dalam perbandingan yang khas bagi tiap
jenis hewan. Pertumbuhan alveoli-alveolur dapat ditimbulkan pada kambing yang
diovariectomi dan hypophysektomi dengan penyuntikan prolaktin, hormon somatotropik,
dan adrenocosticotropin bersamaan dengan estrogen dan progesteron. Adrenolectomi
tidak dapat menghambat peninngian kadar LTH hyfopisa sesudah partus. T terdiri
dari beberapa hyroidectomi menghambat selama kebuntingan .
DAFTAR
PUSTAKA
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran
Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.
Hunter,
R.H.F, 1981, Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik,
Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana, Hal: 20, 332.
Imron, A. 2008. Biologi Reproduksi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Luqman, M., 1999. Fisiologi
Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
Purwo, H. 2009. Peran
Fetus dan Induk dalam Inisiasi Kelahiran. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga. Surabaya.
Toelihere,
M.R, 1981, Ilmu Kemajiran Pada Ternak Sapi, Edisi Pertama, Institut
Pertanian Bogor, Hal: 52-57, 76-85.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar