Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Januari 2012

Makalah Reproduksi Ternak


MAKALAH DASAR REPRODUKSI TERNAK




“KEBUNTINGAN”





ERNI ANDRIANI
I 311 07 013





UNHAS









FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
*      KEBUNTINGAN
            Setelah proses fertilisasi terjadi, terdapat rongga yang ditinggalkan oleh sel telur pada ovarium,rongga tersebut kemudian berkembang menjadi suatu kelenjar endokrin yang disebut corpus luteum yang menghasilkan hormone yang bernama progesterone. Progesterone ini bertanggung jawab untuk mmpertahan kebuntingan. Sel telur yang telah dibuahi terapung-apung bebas sebelum melekat/menempel pada kira-kira umur 35 hari.
            Ovum atau sel telur yang telah berkembang lalu mulai membentuk placenta (membran) yang menyelimuti fetus yang sedang bertumbuh dan melindunginya dalam suatu cairan yang disebut cairan amnion. Placenta itu menempel pada karantula uterus melalui kotiledon pada palcenta. Ini memungkinkan terjadinya pertukaran nutrient (hara) antara induk dan fetus yang sedang bertumbuh. Fungsi promer dari sistem ini adalah sebagai saran pelintasan bagi nutrient dan oksigen menuju ke fetus serat perlintasan bagi produk buangan yang harus dikeluarkan. Masa kebuntingan umumnya berlangsung selama 283 hari, yaitu mulai dari saat fertilisasi sampai pada saat kelahiran.
Sewaktu kebuntingan melanjut, uterus mengalami perbesaran gradual yang memungkinkan ekspanso foretus,  hormon juga sangat berperan yaitu progestron dan estrogren ovarial dan gonatropin prolaktin yang disekresikan oleh adenohypopisa.



·         Faktor- faktor yang mempengaruhi kebuntingan adalah :
Faktor maternal, umur induk sangat menpengaruhi kebuntingan. Faktor foetal, foetus banyak pada jenis monotocus yang memiliki kebuntingan sigkat. Faktot genetik, genotip  berperan dala, kebuntigan. Lingkungan fisik, lingkungan, suhu, musimberpenagruh pada kebuntingan.
            Pada tahap kebuntingan dimulai dari perkembangan fetus, perubahan ukuran tubuh sel telur yang tlah dinbuahi dalam perkembangan nya menjadi be,mbri, fetus dan anak sampai dewaasa adalah adalam jumlah ukuran sel. Setia individu fetus dimulai dengan sel tunggal pada waktu  pembuahan dan membelah sebanyak 42 kali sampai lahir dan 5 kali lagi lahir setelah dewasa. Pernapasan fetus, plasenta mrerupakan organ yang melaksanakan pertukaran gas dan pengekluaran hasil pembangan. Sistem endokrin fetus, menjelang sperempat masa kebuntingan pada ternak kelenjar endokrin fetus menghasilkan hormon yang sama pada ternak dewas.
Persiapan melahirkan, tahap ini pemisahan plasenta akan seketika memutus suplai oksigen dan glukosa bagi anak. Agar anak lahir dapat hidup harus ada pendewasaan pari-paru. Ini melibatkan surfaktan  paru-paru dalam kosentrasi yang cukup supaya paru-pariu dapat dipertahankan dalam keadaan menngembung. Mekanisme semua itu pada bagian korteks foetus. Memulai kelahiran , foetus akan mengontol dari kelahiran, dimana pada saat ituhiotalamus akan menghasilakan FG2   menyebbakan koasentrasi miometrium, yan merangsang pelepasan oksitosin . urutamn  proses kelahiran berakhir dengan luteolisis  (penghancuran CL).
*      Palpasi Rektal
            Ada beberapa tanda tertentu yang dapat membantu para palpator guna membantu evaluasi yang benar akan ada tidaknya kebuntingan atau tahapan dari suatu kebuntingan tertentu. Persis didepan peviks akan dapat dipegang cerviks.
            Prinsip palpasi rectal adalah memasukkan tangan dan lengan kedalam rectum seekor sapi betina dan dari dinding rectum itu merasakan adanya tanda-tanda adanya kebuntingan. Deteksi rectal ini dapat dikerjakan pada umur kebuntingan 60 hari bagi kebanyakan peternak, sedangkan para ahli yang berpengalaman dapat melakukannya pada tahapan yang lebih awal.
            Dari serviks terus ke tanduk uterus yang mengembang. Ini biasanya terletak pada bagian kanan, apakah tanduk uterus itu berisi embrio itu yang kana atau yang kiri. Hal ini disebabkan oleh karna rumen sapi menempati sebagian terbesar daerah  sebelah kiri. Seperti telah dikemukakan fetus yang sedang berkembang itu terapung-apung di dalam cairan amnion; oleh karena itu waktu meraba jangan mengharapkan langsung dapat merasakan adanya bentuk seekor anak sapi, tetapi hanyalah sesuatu yang terapung di dalam suatu membrane pelindung. Dengan banyak latihan seseorang dapat merasakan hal itu pada umur kebuntingan 60 hari, dan denga  semakin bertambahnya umur kebuntingan dan berkembangannya fetus, pekerjaan palpasi itu semakin mudah.




*      Kelahiran
            Berkembangya ambing merupakan salah satu tanda menjelang kelahiran yang terjadi 6 minggu sebelum kelahiran. Seminggu sebelumnya tanda yang ditunjukkan adalah adanya pembengkakan vulva dan warnanya yang menjadi merah, serta relaksasi pelvis. Tanda-tanda yang semakin mendekat saat menjelang kelahiran adalah membesarnya puting dan keluarnya cairan mokus dari vulva. Sapi betina pada tahapan ini dapat menunjukkna tetesan air susu dari putting. Hormon yang bernama relaksing menyebabkan timbulnya relaksasi pelvis dan hormone-hormon estrogen menyebabkan terbukanya saluran reproduksi sehingga fetus dapat lewat.
            Estrogen juga menyebabkan timbulnya tenaga untuk kontraksi uterus yang membantu proses kelahiran. Dalam pada itu, hormone oksitosin yang berasal dari pituitary posterior dan plasenta bekerja secara sinergis dengan estrogen di dalam kotraksi tersebut. Sapi yang mengalami labor pain pada tahapan awal, akan memperlihatkan keadaan gelisah dan menjauhi kelompoknya. Dalam keadaan normal, kelahiran itu tidak memerlikan bantuanan sapi hendaknya dibiarkan sendiri, kecuali waktunya tertunda lama dan kondisinya semakin melemah.
·         Ada beberapa metode penanganan kelahiran:   
1.      Mekanisme inisiasi kelahiran
a.       Mekanisme simulasi mekanik
Pengembangan uterus karena foetus yang makinbesar menyebabkan peninggian sensitifitas otot-otot uterus terhadap edstrogen dan oxitosin

b.      Mekanisme imunologik
Walau beberapa keompok dari sel foetal dalam mangkok endometrium pada kuda ditolak oleh jaringan induk, namun induk cukup terisoler secara imunologik dari foetus.
c.       Mekanisme hormonal
Peningkatan kadar hormon estrogen dan oxitosin atau penurunan kadar progesteron dalam induk . progesteron akan menurun sebelum partus
d.      Mekanisme pengontrolan foetal
Poros hipotalanus dan hipopfisa anterior- adrenal dinyatakan menginduksi kelahiran . Kadar corticosteroid  sangat tiinngi pada permulaan proses kelahiran.
2.       Tingkatan Perejanan
Proses kelahiran normal dibagi atas 4 yaitu :
·         Stadium pertama
stadium persiapan ditandai dengan kontraksi oleh cervix dan kontraksi otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Gerakan eskpulasi ditunjukan ke arah cerviks. Permulaan ini mengstimulasi timbulnya kontraksi, memaksa cairan dan membran foetus terdesak ke cervix yang mengendor, pada permulaan kontraksio ini berlangsung kurangf lebih 15 menit dan bertahan 20 detik dan makin lama makin bertambah daalam frekuensi. Pada akhir stadium persipan cervix mengembang dan memungkinkan uterus dan vagina menjadi satu saluran. Foetus dan chorioalatois dipaksa masuk ke pintu dalam pelpis yang menyebabkan cairan allantois mengalir ke vulva.

·         Stadium ke dua, stadium pengeluara foetus
Annion berkemabang bersama kepala  dan bagian kaki depan di dorong masuk ke pintu dalam pelvis. Keadan ini menimbulkan kontraksi refleks dan volunter dari diagfragma dan otot perut. Kaki amnion terlihat di fulva. Perjalanan foetus ke luar mrelalui cervix ke dalam vagina bersama pecahnya kantong amnion menimbulkan kontraksoi refleks yang mendorong foetus keluar melalui saluran kelahiran.
·         Stadium ketiga, stadium pengeluaran placenta
Ekspulasi membran foetus adalah proses aktif dengan kontraksi uteus, kontraksi perisytaltik yang berasal dari apex uteri yang inversi chorional dari crypta carunculae dapat menyebabkan pengeluaran banyak darah dari villi dan carunculae maternal olreh kontraksi uterus  yang kuat yanfg terjadi selama pengeluaran foetus
·         Stadium ke empat, stadoum inovulasi uterus
sesudah pengeluaran fotus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya yang normal. Proses ini disebut inovulasi uteri adan secara logikdianngap proses kelahiran. Untuk beberapa mingiu setelah fartus 3 sampai 4 hari berikurtnya kontraksi uterus berkurang secara granual
Posisi kelahiran normal adalah kaki depan keluar pertama dengan kepala terlihat kira-kira setengah jam atau dua kaki belakang  atau satu kaki depan dan hidung terlihat.


*      MENYUSUI
            Kelenjar mammae merupakan modifikasi kelenjar susu untuk makanan anak. Mamalia atau hewan menyusui dikenal karena terdapatnya kelenjar mammae atau kelenjar susu pada jantan ataupun betina walaupun yang berfungsi hanya pada hewan betina. Pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu mengeluarkan kolostrum yang kaya akan bahan-bahan antibody  yang  melindungi anak terhadap  penyakit untuk  beberapa minggu sesudah lahir. Sewaktu  kelenjar air susu menjadi sangat mengembang bagian terbesar protein susu terdiri dari casein. Kelenjar mammae berkembang sangat  baik pada sapi perah sedangkan pada ternak mamalia lainnya jumlah air susu yang disekresikan sangat mempengaruhi  efisiensi produksi daging.
Apabila satu kelenjar mammae dari seekor kambing yang belum dewasa kelamin ditransplantasikan kesisinya, pertumbuhan mamae selama kebuntingan akan lebih lambat atau berkurang daripada kontrol. Sesudah partus volume kelenjar yang hanya 14 sampai 50 persen daripada kontrol. Akan tetapi percobaan dengan kambing yang sudah dewasa kelamin dengan dinervasi mammae, sympathectomy dan pemotongan sum-sum tulang belakang, tidak menunjukkan pengaruh syaraf-syaraf efferen terhadap pertumbuhan mamae
·         Anatomi kelenjar mamae.
Anatomi makroskopik, bagian luar mammae dan puting susu. Pada sapi terdiri dari empat kelenjar ( kuartener )yang terletak pada caudal  dari umbilicus  dan meluas antara kedua paha. bagian dalam kelenjar mammae. di dalam lubang puting bagian dorsal terdapat cisterner puting yang memiliki kapasitas 30-45 ml. Diantara liopatan cisterne terdapat rosette furstenberg.
Anatomi mikroskopik, terdiri dari jaringan penghubung yang terbentuk dari jaringan serabut dan lemak dan jaringan sekresi yang terdiri dari sel-sel epitel  mengsekresi air susu. Terdapat alveoli yang merupakan tempat sintesis air susu.
·         Pertumbuhan mamame.
Peroide sekretoris, ditandai dengan dua garis sejajar pada permukaan ventral, disebut  caudal umbilicus. Suatu pertumbuhan mamae ke dalam mesenchin (jaringan ikat embrional) menghsilakan penonjolan primer yang menentukan jumlah ductus di dalam puting susu. Pada waktu yang sama puting susu berfolirisasi . kanalisasi  dari penonjolan primer  terjadi karena perbesaran  dan menyebabkan pembentukan lumen. Penonjolan primer merupakan bakal dari tumbuhnya saluran pucuk, cisterne puting, dan cisterne kelenjar. Penonjolan memacu penonjolan sekunder ddan vbakal saluran mamae.
Periode postnatal, perkembangan mammae dipengaruhi oleh berat badan  yang meliputi perubahan sistem saluran,  deposisi lemak,  dan peninngian jaringan ikat. Jaringan kelenjar mammae mengalami perubahan selama birahi yaitu pada alveoli.  Pada saat bunting alveoli  meningstan  selama laktasikat. Sesudah partus tetapi jarang sesudahnya. Demikian pula DNA di dalam kelenjar susu naik untuk 4 hari  sesudah partus.
Periode laktasi, pertumbuahan mamae yang terjadi pada kelenjar didenervasi, tetapi dengan kecepatan yang bderkurang. Gambaran miotik terlihat selama 4 hari
*      Pengeluaran Air Susu
·         Mekanisme keluarnya air susu
Mekanisme keluarnya air susu terdiri dari beberapa gelembung- gelembung (alveoli) air susu. dinding alveoli terdiri dari selapis sel epitel yang disebut sel myoepitel. Sel ini membentuk air susu dari zat yang berasal dari darah, kemudian mengsekresikan ke lumen alveoli. Dari lumen alveoli kemudian dialirkana masuk ke dalkam siterna melalui ductus alveolus ke lobus kemudian ke lobulus dan akhirnya ke siterna ambing. Ductus halus kemudian dari alveoli bertemu dan menjadi ductus yang lebih besar. Sintesa ambing adalah suatu ruangan yang terdapat di bagian bawah kuartil-kuawartil dan kemudian masuk ke dalam siterna puting. Lubang puting susu memiliki otot –otot sirkuler dalam dindingnya. Akibat rangsangan ini syaraf atau karena tekanan air susu dlam ambing, maka otot mengendur sehinnhga aiir susu keluar.
Pada penurunan air susu sistem dan endokrin keduanya terlibat. Impuls-impuls syaraf yang berasal dari berbagai rangsangan dibawah pengaruh syaraf afferen langsung ke hypotalamus . pada gilirannya hypotalamus melaui syaraf neurohypopisa , menyebabkan pelepasan oxitocin dan vassopresing. Ke dua hormon ini di angkut dari kelenjar mmae melalui darah dan menyebbakan kontraksi sel-sel myoepitel. Kontraksi ini meninngikan tekanan inframmammae, mendorong air susu dari lumina alveoli dan saluran-saluran terminal dan mempersiapkan air susu tersebut untuk anak.
            Dari sel. Butir-butir lemak yang dihasilkan oleh ergastoplasma ( substansi yang dilepaskan di dalam matriks cytoplasma dalam bentuk fibril) berakumulasi didaerah apkes sel dan menghasilkan sel yang diselubungi oleh dua lapis mebran   cytoplasma. Butiran lemak dikeluarkan dari sel oleh proses konstraksi tanpa terbukanya cytoplasma. Vacuola yang mengandung  butir-butir protein  tampak berkumpul di  daerah apkes sel dan terbuka dibawah membran sel. Lemak dan protein bersama zat-zat lainnya, diserap oleh air untuk  membentuk susu; butiran lemak tampak sebagai emulsi didalam larutan koloidal protein
            Dari kelenjar. Untuk menyingkirkan  semua air susu  dari kelenjar mammae harus ada peninggian  tekanan intramammae  dan pintu puting harus terbuka. Apabila terjadi peninggian tekanan intramammae secara tiba-tiba, dikatakan bahwa susu telah dibiarkan turun (milk let-down). Pada saat tersebut kebanyakan air susu didalam kelenjar tersedia untuk anak. Pintu puting terbuka dengan vakum pada ujung puting oleh penyusuan.
            Pada penurunan air susu sistem nervous dan endokrin keduanya terlibat. Impuls-impuls saraf yang berasal dari  berbagai rangsangan dibawa oleh saluran syaraf aferent langsung ke hypothalamus.
            Pada gilirannya hypothalamus, melalui serabut-serabut syaraf ke neurohypohysa, menyebabkan pelepasan oxytocin dan vassopressin. Kedua hormon ini diangkut ke kelenjar  mammae melalui darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Kontraksi-kontraksi ini meninggalkan tekanan intramammae, mendorong air susu dari lumina alveoli dan saluran-saluran terminal dan mempersiapkan air susu tersebut untuk  anak.
           

*      Kebutuhan Hormonal
            Laktasi hanya timbul pada mamalia, termasuk sapi dara, dengan penyuntikan ekstrak hypophysa atau dengan preparat LTH. Hewan yang diadrenalectomi selama kebuntingan dapat menghasilkan anak yang normal, tetapi jarang dapat berlaktasi  secara cukup untuk membesarkan anak-anak tersebut. Kegagalan berlaktasi secara cukup tidak disebabkan oleh efisiensi LTH karena adrenalectomi tidak menghambat  peninggian kadar LTH hypophysa sesudah partus.
            Penyuntikan atau implantasi pellet estrogen, estrogen dan  testosteron propionat, atau  estrogen dan progesteron dapat menggertak pertumbuhan jaringan  sekretoris mammae dan initiasi laktasi. Laktasi dapat ditimbulkan pada sapi dara bunting dengan pemberian 9-fluoroprednisolon. Jumlah air susu yang disekresikan bervariasi dari sedikit sampai mencapai jumlah yang sama seperti pada sekresi normal sesudah partus
            Pada anak sapi dan domba estrogen sendiri merangsang pertumbuhan lobuli-alveoler tetapi untuk mencapai pertumbuhan yang sama dengan yang terjadi sewaktu kebuntingan estrogen dan progesteron harus disuntikan serentak dalam perbandingan yang khas bagi tiap jenis hewan. Pertumbuhan alveoli-alveolur dapat ditimbulkan pada kambing yang diovariectomi dan hypophysektomi dengan penyuntikan prolaktin, hormon somatotropik, dan adrenocosticotropin bersamaan dengan estrogen dan progesteron. Adrenolectomi tidak dapat menghambat peninngian kadar LTH hyfopisa sesudah partus. T terdiri dari beberapa hyroidectomi menghambat selama kebuntingan .
DAFTAR PUSTAKA
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.

Hunter, R.H.F, 1981, Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik, Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana, Hal: 20, 332.

Imron, A. 2008. Biologi Reproduksi. Universitas Brawijaya. Malang.

Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Purwo, H. 2009. Peran Fetus dan Induk dalam Inisiasi Kelahiran. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Toelihere, M.R, 1981, Ilmu Kemajiran Pada Ternak Sapi, Edisi Pertama, Institut Pertanian Bogor, Hal: 52-57, 76-85.

Tidak ada komentar: