Total Tayangan Halaman

Sabtu, 07 Januari 2012

Seminar Jurusan : "PERANAN WANITA TERHADAP USAHA PETERNAKAN ITIK"


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan peternakan diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya menyesuaikan pola dan struktur produksi dengan permintaan pasar serta kemampuannya terhadap pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, perbaikan taraf hidup, perbaikan lingkungan hidup serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi.
Upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan peternak telah ditempuh melalui berbagai program pembangunan. Implementasi program tersebut tidak saja melibatkan kaum laki-laki dewasa (bapak tani), akan tetapi juga melibatkan anggota keluarga lainnya yakni istri dan anak-anaknya. Gender mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat.      Secara umum meskipun di akui peran gender (perempuan dan laki-laki) masing-masing penting, dalam prakteknya perempuan merupakan pihak yang kurang beruntung dibandingkan dengan laki-laki dalam berbagai aspek sosial. Walaupun perempuan telah memberikan kintribusi nyata di bidang pertanian, baik yang berbasis tanaman maupun ternak. Keberhasilan usaha ternak pada dasarnya tidak terlepas dari andil perempuan.
Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik. Meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang relatif lebih kecil, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan.
            Adapun cara yang ditempuh rumah tangga peternak dalam upaya pemenuhan kebutuhan makanan dan bukan makanan demi kelangsungan hidup adalah meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan cara memanfatkan anggota rumah tangga. Dengan memanfaatkan anggota rumah tangga dalam aktivitas peternakan itik dan penetasan, sehingga waktu luang mereka dimanfaatkan untuk aktifitas ekonomi yang produktif.
            Dari pemaparan diatas maka dibuatlah makalah mengenai Peranan Wanita Dalam Usaha Peternakan Itik, untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan wanita dalam usaha peternakan itik, berapa alokasi waktu yang digunakan wanita dalam usaha peternakan itik, serta berapa kontribusi yang diberikan wanita dalam usaha peternakan itik.
                       



           
           


PERMASALAHAN
Permasalahan yang paling mendasar dalam makalah ini yaitu ”Bagaimana Peran Wanita Dalam Usaha Peternakan Itik?




















PEMBAHASAN
A.       Tinjauan Umum Ternak Itik
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs. Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik) (Kalla, 2008).
Ternak itik disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian kehidupannya dilakukan di tempat yang berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik seperti selaput jari dan paruh yang lebar dan panjang. Selain bentuk fisik dapat juga dilihat bahwa keberadaannya di muka bumi ini, dimana itik kebanyakan populasinya berada di daerah dataran rendah, yang banyak dijumpai di rawa-rawa, persawahan, muara sungai. Daerah-daerah seperti ini dimanfaatkan oleh itik menjadi tempat bermain dan mencari makan (Samosir dalam Eniza, 1983).
Itik  pada tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1.     Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
2.     Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
3.     Itik Ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor (Anonima, 2010).
Dalam hal pengenalan dan pemilihan bibit, dimana untuk itik jenis pedaging atau petelur dan pejantan bibit, harus mempunyai sifat-sifat :
§  Pertumbuhan badannya cepat tetapi besar badan seragam, tidak mempunyai cacat tubuh. Berat itik pejantan muda pada umur 20 minggu adalah 1,6 kg, pada umur 40 minggu adalah 1,8 kg. Berat itik betina muda pada umur 20 minggu adalah 1,4 kg, pada umur 40 minggu beratnya 1,6 kg.
§  Pertumbuhan bulunya cepat dan warna bulu seragam. Bulu sudah harus lengkap pada umur 14 hari.
§  Cepat mencapai dewasa kelamin atau umur mulai bertelur adalah 5 –6 bulan.
§  Mempunyai daya hidup yang tinggi, hal ini dapat diukur dari angka kematian yang rendah. Angka kematian pada priode pemeliharaan anak (d.o.d) s/d mencapai umur mulai bertelur adalah sebesar 3%, dari awal bertelur s/d diafkir adalah sebesar 2%.
§  Telur yang diperoduksi sebesar 200–300 butir atau lebih pertahun sampai diafkir. Ternak itik sebaiknya diafkir setelah umurnya 1,5 tahun.
§  Kemampuan mengola pakan yang sering disebut angka konversi pakan harus kecil (nilainya 2 – 2,5).
Pedoman nutrisi pakan itik yang baku di Indonesia sampai sekarang memang belum ada, akan tetapi para peternak sendiri yang meramunya secara mencoba-coba. Para peternak biasanya menyusun pakan ternak itiknya berpedoman kepada formula dari luar negri, kemudian disesuaikan dengan bahan pakan yang ada di Indonesia (Samosir dalam Eniza, 1983).
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan (Rasyaf, 1993).
Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni :
            1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
            2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%.
            3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan keterampilan, memegang peranan paling besar yakni 50% (Murtidjo dalam Eniza, 1992).
            Salah satu kelemahan dari pemeliharaan itik secara intensif adalah dalam hal biaya pakan, terutama apabila dipelihara secara intensif dalam kandang dengan pemberian pakan komersial. Untuk pemeliharaan selama 8 minggu, agar mencapai bobot sekitar 2,1 kg diperlukan pakan sebanyak 6,04 kg atau dengan nilai konversi pakan (FCR) sebesar 2,88. Oleh sebab itu perlu dicarikan upaya agar biaya pemeliharaan dapat ditekan atau dikurangi sehingga keuntungan yang diperoleh dapat menjadi lebih meningkat. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui pemeliharaan tiktok/ itik pedaging secara terintegrasi dengan padi sehingga biaya pemeliharaan itik/tiktok dapat ditekan, keuntungan meningkat dan kegiatan usahatani dari padi sawah menjadi lebih efisien (Anonimb, 2010).’
Perbedaan pemeliharaan itik petelur tradisional, semi intensif dan intensif adalah dimana pemeliharaan itik petelur cara semi intensif merupakan peralihan dari tradisional menuju intensif. Tampak pula pemeliharaan itik petelur intensif memerlukan sarana dan prasarana yang relatif besar dibandingkan dengan beternak itik petelur tradisional. Sebagai contoh, dalam pemeliharaan itik petelur intensif diperlukan makanan buatan 100 persen, karena itik tidak pernah digembalakan dan begitu pula halnya dengan pembuatan kandang yang lebih baik serta pencegahan terhadap penyakit (Anonimc, 2010).
Masalah yang dihadapi peternak dengan cara tradisional antara lain : angka kematian itik lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemeliharaan secara intensif. Umur mulai bertelur lebih tua (rata-rata 25 minggu) sehingga lama masa bertelur menjadi lebih pendek. Produksi telur puncak mencapai 65%. (Murtidjo, 1992).
Manfaat ternak itik adalah :
1.   Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
2.   Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
3.   Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
4.   Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.
5.   Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat (Anonima, 2010).
Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Dapat dilihat bahwa baru negara Thailand dan Malaysia  yang menjadi negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanjikan untuk dikembangkan secara intensif (Kalla, 2008).
B.     Wanita Dalam Usaha Peternakan
            Menurut Narwoko (2004) mengatakan bahwa istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu  analisis ilmu sosial oleh Ann Oakley (1972, dalam Fakih, 1997), dan sejak saat itu menurutnya gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum.
            Perempuan berbeda dari laki-laki yang akan tampak jelas. Mereka berbeda dalam kecerdasan, keterampilan dan perilaku, tetapi kemudian, begitu juga setiap individu. Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan atau yang lebih tinggi dikenal dengan perbedaan gender yang terjadi di masyarakat tidak menjadi suatu permasalahan sepanjang perbedaan tersebut tidak mengakibatkan diskriminasi atau ketidakadilan (Hambar, 2003).
            Pada dasarnya perempuan bekerja bersama suaminya atau membantu suaminya dalam mengurusi usaha peternakannya baik itu secara langsung maupun tidak langsung, karena dianggap bisa menunjang atau membantu perekonomian keluarga. Hal ini sesuai dengan Narwoko (2004) yang menyatakan bahwa perempuan masih mendapatkan penghargaan diri dari peranannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, baik itu secara moril maupun materil.
Gambaran budaya yang kontradiktoris tentang peran – peran gender dan kehidupan keluarga mengungkapkan baik perubahan maupun perlawanan terhadap perubahan yang mencirikan kehidupan laki-laki dan perempuan Narwoko (2004).
            Keberhasilan usaha ternak di kawasan Timur Indonesia pada dasarnya tidak terlepas dari andil perempuan, curahan waktu kerja perempuan dalam usaha ternak di Sulawsi Utara relatif seimbang dengan curahan waktu kerja laki-laki yakni 5,75 jam berbanding 7,25 jam, sedangkan di Sulawesi Selatan rationya 3,75 jam berbanding 8,25 jam. Dari segi pendapatan, sumbangan perempuan terhadap total pendapatan rumah tangga di Sulawesi Utara adalah sekitar 10% sedangkan di Sulawesi Selatan mencapai 32%. Dengan demikan peran gender dalam pengembangan usahatani ternak cukup berarti (Sayogyo, 1994). Hal ini didukung oleh pendapat Damsar (2002) yang menyatakan bahwa perempuan terdorong untuk melakukan kegiatan produktif karena mereka ingin mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dan mereka juga ingin memanfaatkan keterampilan yang mereka punya dengan suatu keberanian yang dimiliki serta merasa ikut bertanggung jawab terhadap roda ekonomi keluarga.
Peranan perempuan dalam usaha peternakan adalah terlibat dalam usaha peternakannya seperti dalam proses pekerjaan teknis yaitu merawat, membersihkan, hingga memberi pakan mereka juga terlibat. Selain itu pada segi pemasaran mereka disini memegang peranan penting karena yang memasarkan produk hasil peternakan adalah kaum perempuan sehingga peranannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal ini sesuai dengan pendapat Damsar (2002), yang menyatakan bahwa wanita adalah ibu rumah tangga yang melakukan peran kodrati seperti melahirkan, mengasuh dan mendidik anak, melakukan kegiatan domestic (tugas rumah tangga), tugas sosial kemasyarakatan lainnya, juga terlibat secara aktif dan produktif berkarir dalam kegiatan ekonomi untuk mendapatkan penghasilan. Dikatannya pula bahwa faktor yang mempengaruhi wanita bekerja di luar rumah meliputi: menambah penghasilan keluarga, secara ekonomis tidak tergantung pada suami, menghindari kebosanan di rumah atau mengisi waktu luang, memperoleh status dan penghargaan diri.
Kemitrasejajaran wanita dan pria dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat diwujudkan melalui peningkatan kesadaran peranan dan tanggung jawab bersama yang lebih seimbang dalam pembinaan keluarga termasuk pengambilan keputusan bagi kepentingan keluarga (Sirajuddin dalam Suparno, 2000).
Peran wanita untuk bekerja seperti di bidang pertanian dan peternakan, memang sudah dari dulu dilakukan. Tapi wanita sebagai pengambil keputusan di keluarga, belum banyak. Mayoritas keputusan masih di tangan laki-laki. wanita masih dalam posisi yang lemah. Kaum hawa belum diberi kesempatan untuk menjadi manajer keuangan (Nuniek S, 2007).
Di bidang agribisnis perempuan memiliki peranan cukup besar dalam proses produksi, panen, dan pascapanen. Karena mampu memberikan sumbangan yang besar dalam menambah penghasilan. Akses perempuan usaha mikro pada sumber daya produktif juga masih rendah. Misalnya akses modal, informasi pasar, keterampilan, kemampuan manajerial, dan penguasaan teknologi (Wiwiek R, 2009).
C.   Peranan Wanita Dalam Usaha Peternakan Itik
            Kegiatan ekonomi rumahtangga sangat beragam, kepala rumahtangga dan anggota rumahtangga bersama-sama akan mengerjakan berbagai macam pekerjaan (White, 1986). Mengingat rumahtangga adalah satu kesatuan unit konsumsi dan produksi dengan lahan serta tenaga kerja yang terdapat dalam rumahtangga tersebut sebagai faktor produksi utama (Firman, 1990).
     Dalam usaha peternakan itik, peranan wanita mampu memberikan motivasi dan berbagi kekreativitasan dengan mereka yang berada di desa, Motivasi yang diberikan senantiasa mampu membangun spiritual setiap masyarakat yang masih kurang termotivasi untuk bekerja. Motivasi ini bisa membangun masyarakat menjadi lebih mandiri dan lebih bisa memikirkan tujuan dan arah hidup mereka kedepannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasir (2010) yang menyatakan bahwa dengan kualitas pribadi yang baik, maka wanita akan lebih menyadari dan memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, dan mewujudkan dirinya tanpa kehilangan kodratnya dan Insya Allah mampu berbicara banyak dalam membangun pembangunan pertanian bangsa ini.
     Tidak semua wanita didunia yang harus terkurung dalam rumah dengan aturan tidak bekerja keras dan hanya mengerjakan pekerjaan rumah. Peranan wanita sangat produktif membantu jalannya perekonomian keluarga. Kebanyakan dari mereka ikut membanting tulang guna mencukupi kebutuhan keluarga yang sangat kurang, bahkan tidak ada sama sekali. Wanita merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama dengan laki-laki (Anonima, 2010).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peningkatkan pendapatan rumahtangga dilakukan dengan cara memanfaatkan anggota rumahtangga. Dengan memanfaatkan anggota rumahtangga dalam aktivitas peternakan itik dan penetasan, sehingga waktu luang mereka dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi yang produktif. Dalam hal ini peternak sebagai kepala rumahtangga tetap yang berperan paling dominan dalam mencurahkan waktu dan pengambilan keputusan, baik yang menyangkut teknis maupun ekonomis peternakan. Sementara anggota rumahtangga lain, yakni anak hanya bersifat membantu di sela-sela waktu luang mereka setelah pulang atau sebelum berangkat sekolah. Namun ibu rumahtangga berperan utama mengurus keperluan domestik dan setelah ada waktu luang barulah membantu aktivitas peternakan itik seperti pemberian makan, membersihkan kandang atau membalikkan telur yang sedang ditetaskan (Effendi, 1993). Hal ini juga didukung oleh pendapat Nuniek (2007) bahwa ternak unggas dan itik yang memberi makan adalah wanita. Sedangkan yang menjual telur itik dalam jumlah banyak, dilakukan oleh laki-laki. Tetapi jika ternak kecil dalam jumlah besar, dikelola oleh laki-laki.
Untuk pemeliharaan itik secara intensif, perempuan berperan dalam hal pemberian pakan,dan pembersihan kandang serta pengawasan kesehatan. Hal ini sesuai dengan Anonimc (2010) yang menjelaskan bahwa pemeliharan itik secara intensif, yaitu secara terkurung dengan didukung manajemen, pemberian pakan, pengawasan kesehatan, dan pemeliharaan yang baik. Intensifikasi pemeliharaan itik seperti itu akan meningkatkan produktivitas telur sehingga pendapatan peternak pun akan meningkat.
Sedangkan dalam hal pemeliharaan itik secara tradisional, peran perempuan di sini hanyalah melepaskan ternak itik untuk digembalakan, lalu pada sore hari di masukkan kembali ke kandang sementara. Hal ini sesuai dengan Anonimc (2010) yang menjelaskan bahwa pemeliharaan itik secara tradisional meliputi penggembalaan dimana 100% makanan di peroleh dari penggembalaan, dengan kandang seadanya dan tanpa kolam.
Adapun untuk alokasi waktu wanita peternak itik, menurut Nurani dan Akriani (2007) menyatakan bahwa perincian waktu pengelolaan ternak itik secara rutin setiap hari setelah di rata-ratakan dalam jumlah jam kerja/hari adalah 1-2 jam/hari yaitu mereka hanya melepaskan ternak itik, lalu pada sore harinya lalu dimasukkan ke kandang sementara dan selanjutnya melakukan kegiatan rumah tangga yaitu rata-rata 4-5 jam dalam sehari. Kemudian menurut Kasmiyati dan Nurani (2008) dalam hal usaha penetasan telur itik, wanita peternak memerlukan waktu 3-4 jam perhari atau rata-rata 3,57 jam perhari untuk mengurus usaha penetasannya yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Besarnya waktu yang digunakan tergantung jumlah unit penetasan yang dimiliki. Sementara dalam mengurus rumah tangganya memerlukan waku 5-6 jam perhari atau rata-rata 5,47 jam perhai, dapun waktu selebihnya (rata-rata 14,97 jam perhari) digunakan untuk kebutuhan dasarnya dan kegiatan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Sajogyo (1988) dalam Nurani (2007)  bahwa peran wanita sebagai ibu rumah tangga baik di desa sub urban maupun rural pertanian serta disemua lapisan ekonomi rumah tangga masih cukup besar. Rata-rata 5-6 sehari dicurahkan wanita untuk pekerjaan rumah tangga, sedangkan pria mencurahkan waktu 0,5 sampai 2 jam sehari untuk pekerjaan yang sama. Selain itu wanita juga terlibat mencari nafkah yang berisar 2-4 jam perhar sedangkan pria berkisar 5-7 jam pehari.
Usaha penetasan telur itik atau bebek merupakan kegiatan yang sudah dilakukan peternak sejak bertahun-tahun. Akan tetapi pola penetasan petani masih menggunakan cara alami dengan memanfaatkan ayam atau itik sebagai sarana penetasan. Satu faktor yang mendukung keberhasilan usaha penetasan telur itik mengunakan mesin penetas adalah faktor tempat. Tempat untuk penempatan mesin tetas diusahakan tidak terkena matahari secara langsung dan tidak terkena angin secara langsung. Selain faktor tempat, kualitas mesin penetas memiliki peranan yang cukup penting dalam kesuksesan usaha penetasan telur itik ini. Mesin penetas diupayakan memiliki lingkungan dan kondisi yang mirip dengan induk ayam/entok, suhu, kelembaban dan lain-lain (Anonimd, 2010).
Dalam hal kontribusi wanita peternak itik menurut Nurani dan Akriani (2007) menyatakan bahwa kontribusi yang di berikan wanita dalam usaha pemeliharaan itik terhadap pendapatan total rumah tangga adalah sebesar 19%, ini menunjukkan bahwa usaha tersebut bersifat sebagai usaha sampingan sehingga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dan menurut Kasmiyati dan Nurani (2008) menyatakan bahwa kontribusi yang diberikan wanita dalam usaha penetasan telur itik adalah sebesar 71,86%, yang menunjukkan bahwa usaha tersebut dapat digunakan sebagai usaha pokok untuk meningkatkan pendapat keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Sodik dan Abidin (2004) dalam Kasmiyati (2008) yang menyatakan bahwa usaha ternak sudah menjadi usaha pokok apabila tingkat pendapatan petani berkisar antara 70-100%. Melihat kontribusi ternak itik yang di sumbangkan kepada pendapatan keluarga yaitu diatas 50% dan termasuk tinggi, maka dapat dijelaskan bahwa peranan wanita dalam usaha peternakan telur itik dapat meningkatkan pendapatan keluarganya.
Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial. Keterlibatan perempuan di pedesaan dalam kegiatan ekonomi produktif antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yaitu tidak tercukupinya kebutuhan rumah tangga mereka (Anonima, 2010).
Peranan wanita dalam ternak itik khususnya usaha penetasan telur itik dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga sehingga terhindar dari kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Idrus dalam Akhsan (1993) bahwa wanita sebagai tenaga kerja memiliki dua peranan yaitu pencari nafkah dan juga tetap melakukan tugas-tugas rumah tangga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan tentang peranan wanita dalam usaha peternakan itik adalah sebagai berikut :
ü  Peranan wanita dalam usaha ternak itik dapat dilihat dari usaha pemeliharaan dan usaha penetasan telur itik.
ü  Peranan wanita dalam usaha ternak itik memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga.
ü  Dalam kegiatan sehari-harinya alokasi waktu wanita tenak itik (ibu rumah tangga) berperan utama mengurus keperluan domestik dan setelah ada waktu luang barulah membantu aktivitas peternakan itik seperti pemberian makan, membersihkan kandang atau membalikkan telur yang sedang ditetaskan.
Saran
Melihat potensi ekonomi usaha ternak itik yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menghasilkan laba, maka usaha ternak itik ini diharapkan mampu menjadi usaha pokok yang mampu menopang kehidupan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonima,  2010, Budidaya Ternak Itik.http://pustakadeptan.go.id/agritek/dkij0116 .pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2010.

______d, 2010. http://www.kalbar.biz/~artikel/bisnis/analisa-bisnis-penetasan-telur-itik-menggiurkan.
Akhsan, 1993. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Oleh Ibu Rumah Tangga Pada Usaha Ternak Ayam Ras. Tesis. Fakultas Peternakan Unhas, Makassar.
Damsar, 2002. Sosiologi Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Effendy, T.N, 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan. Tiara wacana, Yogyakarta.
Firman, T, 1990. Strategi Alokasi Tenaga Kerja pada Rumahtangga Pedesaan: Studi Kasus Desa Slendro Kabupaten Sragen. Prisma Nomor 2 LP3ES Jakarta.

Hambar, J., 2003. Tentang Jenis Kelamin : Perbedaan. http://www.gender.org.uk   /about/_diffs .html. Diakses pada tanggal 20 September 2010.

Kalla, Yusuf. 2008. Peternakan Itik. Jakarta.

Kasmiyati, K, 2008. Peranan Usaha Peternakan Itik terhadap Pendapatan Keluarga. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Mengelola Itik. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Narwoko, J. 2004. Sosiologi. Media, Jakarta.
Nasir. 2010. Peran Perempuan dalam Meningkatkan Pembangunan Pertanian.         http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/. Diakses pada           tanggal 20 September 2010.

Nuniek, S. 2007. Saatnya Wanita Bisa Menjadi Pengambil Keputusan. Dewan Riset Kantor Dinas Peternakan. Jawa Tengah.
Nurani dan Akriani, 2007. Kontribusi Usaha Wanita Peternak Itik Terhadap Pendapatan Keluarga Di Kabupaten Barru.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Itik Komersial Edisi Kedua. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Samosir, D. J. 1983. Ilmu Ternak Itik. Penerbit P.T. Gramedia, Jakarta.

Sayogyo, P. 1994. Konsepsi dan Metodologi Dalam Studi Peranan dan Status Sosial Wanita Dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat. Dalam Sri Suharni siwi, dkk (Penyuntin) Prosiding Lokakarya Gebder Analysis dalam sistem Usahatani: Peranan Wanita Dakam Usaha Tani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sirajuddin, S. 2000. Alokasi Waktu Kerja Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Ayam Buras di Kebupaten Bone. Buletin Penelitian. Volume XVI No. 43. ISSN: 0215-174 X. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin.

Sodik, A. Dan Abidin, Z. 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.

White, B, 1979. Political Aspect of Poverty, Income Distribution and Their Measurement: Some Example From Rural Java In : Development and Change No. 1.
Wiwiek. 2002. Peluang Pemberdayaan Wanita Petani Dalam Pengembangan Agribisnis Ternak Itik Di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Bogor.



                                                                                       




Tidak ada komentar: